Halaman

Selasa, 25 September 2012

Cukup Mengenalmu

Inilah malam – malam penuh dengan harapan. Setiap hari aku terperangkap di ruang persegi empat dengan tembok 4 meter tingginya. Aku lumpuh. Ya itu yang divoniskan kepadaku sekitar enam bulan lalu. Dan sekarang lihatlah hanya ada sebuah laptop dan tentunya bantal dan guling yang menemani hari – hariku. Malam ini aku akan bermimpi. Bermimpi bertemu dengan malaikat yang memperdagangkan sayapnya*. Aku akan terbang. Selepas kapas.

Baca selanjutnya
 
Aku Dikta, seorang pelajar dari sekolahan tersohor di negeri ini. SMA Internation school.  Tidak sembarang orang yang bisa sekolah di sini. Jika kamu nggak punya otak diatas rata – rata, kamu harus jadi anak seorang pejabat. Atau paling enggak kamu harus jadi anak seorang Pengusaha kontraktor. Dan aku adalah salah satu orang beruntung. bisa menikmati fasilitas mewah yang tidak akan kudapati di sekolah lain.

Aku anak seorang pejabat !? . Bukan. aku juga tak sepintar yang kamu bayangkan. Orang tuaku hanya pengusaha Kecil - kecilan. Loh kok bisa sekolah di sekolahan elit… ?? ya itu soal keberuntungan sob. Papaku banyak kolega yang menjadi pejabat. dan salah satunya ada yang menjadi komisaris di sekolahan mewah ini. Haitt jangan ingiri gitu dong… ini soal nasib doing kok,…

Ngomongin soal nasib. Aku seharusnya menjadi orang yang paling bersyukur sedunia. Menurut teman – teman cewek di sekolahanku. Aku tergolong cowok pemikat. Banyak cewek – cewek yang mengejar – ngejarku. Tiap hari ada aja. Ada yang ngebawain sarapan, ngerjain PR, menyiapkan bangku dudukku, menamani istirahat ke kantin…. Waduh… kayak pangeran aja aku ini. Namun tidak ada satupun yang aku terima menjadi pacar atau sekedar ngajakin mereka jalan.

Bagiku cewek itu harus esklusif. Harus jual mahal. Norak banget kalo ada cewek ngejar – ngejar cowok, hanya untuk bisa Ngedate sama doi. Emansipasi sih boleh aja tapi masak soal beginian harus nyangkut – nyangkut R.A Kartini juga. Karena sikap yang cuek dan ketampananku. Jiahhhhh Narsis. banyak cewek – cewek tersakiti, cowok – cowok diputusin ceweknya. Maaf bukan salahku jika doi suka sama aku.
Setidaknya kreteria cewek yang aku impikan harus mempunyai 3S, Smart, Simple, Swett. Walaupun aku nggak pintar - pintar amat. Aku paling males ngobrol sama cewek yang nggak berwawasan. Kesannya monoton dan itu – itu aja yang dibahas. Kalo nggak bahas klabing, DJ yang tampan, Mall paling mentok koleksi distro yang tebaru. Males bangetkan.

***

Aku semakin bosan dengan sekolahan elitku itu. Sudah tak ada lagi yang istimewa. Gedung bertingkat, guru taraf internasional, siswa – siswi super istemewa tak membuat hatiku damai. Aku ingin sesuatu yang beda. Lebih – lebih di rumah. Hampir tiap hari aku sendirian. Papa bekerja hingga larut dan mamaku sibuk arisan dengan istri kolega – kolega Papaku. Katanya untuk mengikat hubungan emosional. Alasan!!. Sama anaknya sendiri aja tidak diikat kok mala mengikat dengan orang lain. Gerutuku setiap mereka membelah dengan alasan – alasan aneh.

Dari sikap sendiriku di rumah sering aku bawa ke sekolahan. Sehingga aku terkesan cuek dan pengen menang sendiri. Tapi sebetulnya aku butuh teman ngomong. Kamu pasti kepikiran cewek – cewek yang aku ceritakan tadi. Itu mah udah kelewat basi. Mereka semua terkena sindrom Hura – hura. Mungkin papi - maminya tukang korupsi kali ya. Jadi kalo nggak ngabisin uang satu hari aja bisa – bisa uang korupsinya tercium oleh KPK. Aku pengennya cewek yang emang tulus mau temenan dengan aku. Bukan keran ke tampannanku. Jiaaahhhhh Narsis lagi. Biarin. Dan sampai detik ini aku tak nemuin seorang cewek yang aku inginin di sekolahan ini.

Hari ini aku memberanikan diri untuk tidak masuk kelas. Biar ortu nggak curiga, aku berseragam. Sarapan. Cabut. Ganti pakaian di Masjid. Jalan cari tongkrongan yang banyak anak SMAnya. Investigasi cewek.Lasanakan. Hahahaha.

Setelah ke sana – kemari. Muter sana – muter sini. Menjajahkan mata. Akhirnya aku temukan seorang gadis dibalik sebuah tenda warung makan di depan sakolah SMA swasta. Senyum simpulnya, rambutnya panjang terurai, cara jalan dan dari cara bicaranya kelihatan cewek ini bukan cewek biasa. 

Tetttt…. Tettttttt…. Grennnngggggg…. Grenggggg….grengggg.

 “oe tau jalan ngak…. Emang yang bangun jalan ini kakek mu…..” orang brewokan dengan motor mogenya marah – marah nggak jelas padaku. Aku cuek. Masih nglamunin cewek tadi dari dalam mobil….  

Grennnnnnngggg….. grennnngggggg. 

“Hoe….. kamu nggak punya telinga za…. Minggirrrr”. Teriakkannya semakin kecang.
Buzzzz. Lamunanku kabur. 

Darah mudaku berdesir. Ini orang belum tahu siapa aku kali ya. Pikirku.  Aku keluar dari mobil bermaksud untuk menghardik orang brewokan yang sedari tadi gembar – gembor di samping mobilku.

namun betapa kagetnya aku melihat teman - temannya sesama Moge. aku urungkan niatku untuk menghardik. Malah kebalikkannya, aku ampun – ampun mah tuh orang. Untung aja orang berbrewok itu berhati emas berwajah garang. Aku dilepas dan di suruh cepat pergi. Karena mobilku menghalangi rombongannya masuk gang.

Keesokkan harinya aku kembali ke tempat itu lagi. Tapi kali ini aku ke sananya sepulang sekolah. Tanpa pikir panjang aku nongkrong di warung yang biasa tempat si doi membeli minum. Perjuangku nggak sia – sia. Doi yang aku nantipun datang. Ada rasa gugup sih… tapi lebih banyak penasarannya. Aku pandang lekat – lekat dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ceiileeeee nggak ada cacat – cacatnya ini cewek. Jika kamu nglihat dia, kamu tidak akan penasaran lagi dengan bidadari. Dalam hayalku. “bapak kamu rajin ibadah ya…” “kok tahu” “karena ada karya surga diwajahmu”. Jiiiiahhhh nnggombal.com….

Hari kedua, ketiga, keempat hingga genap satu minggu aku selalu di warung depan sekolahan doi. Oh iya Fifi namanya. Aku mendengar temannya memanggil dia seperti itu. Hari itu aku berjanji pada diriku sendiri untuk minta Pin BB dan ngajak Fifi Ngedate.

ku sadari semua tak bisa ku sembunyikan. kagum akan sosok dan pribadinya,membuat warna baru dalam hari-hari ku. bukan dari fisik. Meski dia emang cantik. Melainkan kualitas dan kadar kecerdasannya yang membuat ku terpesona …

“lancang sekali kamu ngajak aku Ngedate”. Katanya ketus.
“Lagi pula aku belum mengenalmu”. Tambahnya. Andrenaline ku tepacu. Gue suka cewek yang kayak gini. Jual mahal.
“Oke, kenalkan aku Dikta”.
“Fifi”.
“Aku sudah tahu”. Jawabku.
“Sekarang kamu sudah mengenalku, apakah aku boleh mengajakmu jalan”. Kulihat Fifi hanya bengong. Mungkin ia berfikir, gila nih anak..
“aku isba – isba dulu.”. Fifi menjawab lembut.
“Sambil isba – isba gimana kalo aku minta pin BB kamu”.
 “ehmmm”. Berfikir.
“Boleh nggak.” Desakku.
“yah deh… tapi ngak boleh macem – macem”. Pintanya. 230F5469. oke…. Aku bersorak – sorai. Suara musik kemenangan berdentuman dalam hati.

Sepanjang jalan aku bb-nan deng Fifi. Rasa gembiraku tak henti – henti. Tak sia – sia pengorbananku. Selalu bolos dari sekolah borjuis itu. Kalau dibanding dengan cewek yang pernah menggilaiku. Fifi jauh diatas level cewek – cewek Metropolis yang pernah aku temui. Mataku masih memandang BB. Melihat balasan dari Fifi. Tiiiitttttt titttttttt…… awaaaaassssss…… gubrrraaaaaakkkk. Gelap.

***

Kring…. Kringggg. Mataku pelang – pelan terbuka. Ada kunang – kunang beterbangan di mataku. Telingaku sayup – sayup mendengar telepon berdering….. tubuhku terasa sangat capek…. Aku ingin bangkit. Tapi ada sesorang yang mencegahku. 

“jangan terlalu bergerak, kamu istirahat dulu”. Suara mama mengelun ditelingaku.
Hah…. Aku baru sadar aku kecelakaan….
“Ini tanggal berapa ma….” “

Ini tanggal 12 Dikta.” aduuh janjian dinner dengan Fifikan tanggal 8. kataku dalam hati. Lalu aku lihat BB ku banyak sekali pesan dari Fifi. Niat ingin beranjak untuk segera menemui Fifi, kakiku tak bisa digerakkan.

“mah kaki Dikta kenapa kok nggak bisa di gerakkan”. Tanyaku panic. Mama menangis sesegukan dipinggirku. Memelukku.
“mah jawab mah…”.
“kedua pergelangan kakimu patah Dikta..” jawab mama sambil menangis. 

Awalnya aku nggak percaya dan sulit menerima. Seorang cowok paling top satu sekolahan, lumpu. Oh tidak….. aku menjerit dalam hati. Seakan duniakau telah habis. Off. Aku marah pada semua. Aku tak dapat berfikir apa yang bakalan terjadi dan apa yang nanti akan dibicarakan semua siswa mengenai keadaanku ini. Lebih – lebih Fifi. 

“aku ngak mau lumpuh mah… aku ngak mau”. Akupun menangis.

***
Sekarang eman bulan telah berlalu. Aku masih Dikta yang keren, coll, tampan meski lumpu… Narsis tetap bertahan. Aku home schooling. Bukan karena aku malu… aku tak ingin merepotkan orang untuk mengantarkanku ke sekolah.
Lalu bagaimana dengan Fifi. Pasti di dalam hati kamu pertanya – Tanya. Sejak hari itu ia tak ada lagi kabar. Aku tak bersedih. Aku masihlah Dikta. Cowok dengan seribuh keistemewaan. Terimakasih tuhan. Karena telah mengizinkan aku tahu tentang dirinya terimakasih atas kesempatan untuk mengenal nya .terimakasih karena tahu tentangnya merupakan syukur ku yg terdalam
Oke aku mau tidur dulu, besok ada ujian semoga sukses. Haduh sampai lupa. update status dulu. “Tanpa sms dari seorangpun, tanpa ada yang ngurusin,… Dan tak ada wajah seorang gadis yang harus q fikirkan*.” Klik


Tidak ada komentar:

Posting Komentar