Halaman

Senin, 08 Oktober 2012

Aku dan Soe Hok Gie



Sepertinya aku telah kagum terhadapmu. Sejak awal perkenalanku denganmu diawal tahun 2006 yang lalu. Kau begitu menggodaku, entah apa yang menarik pada dirimu namun perasaan ini begitu kuat terhadapmu. 

Awalnya aku tak mengenalmu, bahkan tak pernah memperbincangkanmu dalam setiap celotehku. Akupun tak pernah bertatap muka langsung denganmu. Aku hanya melihat dan mendengar cerita tentang kebaikan – kebaikanmu dan itu cukup mebuat aku kagum terhadapmu. Tentang perjuanganmu, pemberontakan dan tentang segala sikap idealismu sungguh menginpirasi hidupku.
Tentunya kau tak pernah tahu siapa aku. Jarak kita terlalu jauh. Bukan sekedar pulau atau samudra. Tapi aku yakin aku dan kamu se-ide, sebab itulah aku merasa dekat dengan segala pemikiran – pemikiranmu. Bahkan aku menjadi sangat kecanduan tentang semua leteratur yang mengenai dirimu. Tak ada bosan – bosannya aku mengulas tentang dirimu yang pemberani itu. Bahkan hobi kita sama yaitu naik gunung. Bukan sesuatu yang kita sengaja, mungkin alam telah sepakat dengan ini semua.
Aku merindukan sosokmu, seseorang yang independent, progresif jika bicara kelaparan dan kemiskinan akibat tirani. Sekarang hari – hari sangat biasa, para aktivis nyenyak tidur di atas kasur yang empuk sementara anak – anak jalanan menggigil kedinginan diemperan toko para cukung kelas teri. Dimanakah kau kini tak maukah kau menjelma pada jiwaku ini. atau terlalu hinakah aku hingga kau tak mau mewarisakan segala keberanianmu pada generasi berikutmu.
Membaca biaografimu seolah menyelami perkenalan yang mendalam terhadap kehidupanmu. Meski kau terlahir dari Ras Cina pranakan yang notabene hingga kini masih dianggap orang asing meski banyak diantara meraka yang telah berganti nama dan memilik KTP Indonesia. Demikian itu tak menyurutkan jiwa patriotism yang pahlawan yang tanpa dipersenjatahi mampu melawan triani. Kanap kau terluapan oleh sejarah? Sedangkan jasamu begitu besar dalam pergolakan masa transisi Revolusi.
Ya aku tahu siapa yang pertama menguak namamu, seorang penulis dai barat benama john Mixel ia menulis dari buku catatanmu:>>>>>>>>>, kau telah dilupakan kawan? Justru oleh generasi jalananmu. Genarasi parlemen jalanan yang kau bentuk untuk menurunkan segala kediktaktoran birokrat masa itu. Kini, semua telah mengikuti alur gerakanmu, namun sayang mereka tak mengenalmu, bahkan saya yakin mereka tak pernah membaca karya – karyamu yang kontoversial itu.
Meski kau masih udah namun jiwa dan pemikiranmu melampaui segala batas – batas usiamu, disaat teman sebayamu asyik bermain dan jalan – jalan. Kau sibukkan dirimu membaca dan melahab semua buku. Sehingga wawasan yang kau miliki terlihat sangat menonjol dibandingkan dengan sejawatmu.
Aku mengagumimu kawan, bukan sekedar bahwa kau adalah seorang aktivis yang berani. Namun jauh dari pada itu, engkau adalah sosok jelmaan gandi, atau bunda Teresa. Kau sangat peduli dengan kaum papa dengan caramu sendiri. Meski kau tak mengumpulkan orang tunah wisama seperti bunda Teresa atau melakukan puasa seperti yang dilakukan gadhi. Kau telah berbuat banyak dalam decade panentuan sejarah bangsa ini.

1 komentar: